Tidak semua film box-office layak dibuat sekuelnya. Meski film pertamanya sukses dan mendapat banyak pujian, sekuel film seringkali membuat penonton bertanya-tanya, apa sih gunanya film ini dibuat? Namun dibutakan dengan uang, bisnis film tetap ngotot memproduksi film-film, juga seperti yang berikut ini
Titanic 2
Titanic 2 akan diluncurkan! Apa yang bakal ditampilkan kali ini? Kapalnya kan sudah tenggelam..
Batman and Robin
Tidak ada yang beres dalam film ini., Mulai dari kostum Batman jadul George Clooney hingga si Batgirl Alicia Silverstone, yang berhasil meraih penghargaan aktris terburuk lewat film ini.
Evan Almighty
Setelah menjadikan Jim Carrey Tuhan di Bruce Almighty, pembuat film memutuskan untuk menjadikan Steve Carell (pemain pembantu film pertama) sebagai Noah. Hasilnya? Sejuta lelucon tentang rambut di wajah dan hewan-hewan langka diajak main film.
Indiana Jones And The Kingdom Of The Crystal Skull
Kalau pemeran James Bond saja bisa pensiun, mengapa Indiana Jones tidak? Akui saja, Harrison Ford sudah tidak terlihat seprima dulu dengan jaket kulit dan topi Fedora. Ditambah plot sci-fi yang tak masuk akal, dan lelucon Tarzan, film ini seharusnya tak pernah lahir...
Legally Blonde 2: Red, White & Blonde
Kami sangat ingin tahu kelanjutan hidup Elle Woods (Reese Withespoon) di bidang hukum. Tapi sampai berkarir di Washington DC? Rasanya agak terlalu jauh. Tapi apa yang bisa kita harapkan dari film tentang keinginan Elle mengundang ibu anjing Chihuahua-nya ke kawinannya?
The Pink Panther 2
Setelah gagal di film pertama, Steve Martin tak kapok mengulangi versi tidak lucu dari Inspector Jacques Clouseau. Andy Garcia, Alfred Molina, Emily Mortimer dan John Cleese tampak ketakutan untuk ikut bergabung dalam pembuatan film dari karya terbaik Peter Seller ini.
Harry Potter and the Half Blood Prince
Ini bukan sekuel namun film kelima. Entah karena skenario yang memang sudah jelek, entah yang buat yang gagal, film ini seolah menggambarkan petualangan Harry Potter sebagai sebuah hal yang sia-sia.
Sex and the City 2
Ketika serial ini pertama kali dibuat versi layar lebarnya, kerinduan banyak wanita terhadap Carrie dan kawan-kawan seolah terpuaskan. Kalimat-kalimat menyentil dipadukan dengan semarak warna-warni busana nan gaya.
Tapi ketika film keduanya keluar, rasanya serial TV-nya saja bisa lebih bermakna. Tidak sensitif secara kultural, tidak menyentuh isu-isu yang sering dihadapi wanita, sekuel ini hanya menjadi film guyonan konyol semata, yang terasa terlalu fokus pada busana desainer ternama dan seks.(msn)
Komentar kamu sangat berharga bagi kami